Selamat Datang

Selamat Datang (Sugeng Rawuh) di Blog Pribadi Saya

Senin, 20 Desember 2010

IHLAS

Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala
Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin.
Berbahagialah bagi orang-orang yang diberi kenikmatan
tidak ingin dipuji dan tidak ingin dihormati orang
lain. Rasulluloh SAW bersabda : " Barangsiapa yang
memperbaiki hubungannya dengan Alloh , maka Alloh yang
akan menyempurnakan hubungannya dengan manusia lainnya"
(HR Al - Hakim).


Salah satu ciri seseorang yang ikhlas adalah " jarang
kecewa terhadap makhluk" , karena yang diharapkannya
hanya keridhoan Alloh SWT. Lalu apa ciri seseorang
yang banyak kecewa terhadap makhluk ? yakni dirinya
banyak berharap kepada makhluk.


Ikhlas itu adalah pekerjaan hati. Kalau ada pertanyaan,
bolehkah amal kita diperlihatkan kepada orang lain?
Jawabannya ialah tergantung niat,kalau niatnya ingin
dipuji tentu itu menjadi riya. Tetapi dilandasi niat
supaya orang lain mengikuti amal kita, Insya Alloh
kita akan mendapatkan pahala yang sama tanpa
mengurangi pahala yang bersangkutan.


Seorang sahabat berkata kepada Rosulluloh SAW ;Ya
Rasulluloh seorang melakukan amal kebaikan dengan
dirahasiakan dan bila diketahui orang dia juga
menyukainya atau merasa senang. Rasulluloh SAW
bersabda ; baginya dua pahala yaitu pahala
dirahasiakannya,dan pahala terang-terangan
(HR At-Turmudzi)


Jadi terang-terangan itu tidak identik dengan riya.
Tidak boleh kita berburuk sangka kepada orang yang
menceritakan ilmu , pengalaman dan amalnya. Suatu
pujian boleh jadi merupakan kebutuhan standar kita,
perbedaannya yakni ada yang hanya ingin dipuji manusia
dan itulah yang membuat kita kurang ikhlas dan ada
yang bisa dialihkan cukup ingin dipuji Alloh SWT.
A'udzubillaahi minasyaithoonirrojiim Wa maa umiruu
illaa li ya' budullaaha mukhlishiina lahud diin
artinya Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepadaNya
dalam menjalankan agama dengan lurus&
(Q.S:Al-Bayyinah/98:5).


Saudaraku, marilah kita belajar untuk terus
meningkatkan ketakwaan kita, ,jangan berselera mencari
pujian,penghargaan dan penilaian makhluk ,tetapi
puaskanlah mencari pujian dari Alloh SWT. Wallahu'alam

RUMAH TANGGAMU SURGAMU

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang (Q.S .30 ; 21)
Salah satu harta peninggalan Rasulullah SAW yang patut kita teladani adalah cara beliau membangun rumah tangga. Muhammad SAW adalah seorang manusia yang sangat sukses dalam bidang ini. Ia menjadi seorang suami yang bertanggung jawab terhadap istri-istrinya, baik dalam bidang nafkah lahir maupun nafkah bathin.
Dan terlebih dalam bekal bekal ilmu agama yang membawa keluarganya begitu mempesona, penuh barokah, diterangi oleh cahaya ilahi, pendek kata keluarga Nabi adalah keluarga yang benar-benar islami.
Untuk menuju keluarga islami tidak bisa dianggap sepele, Sebagaimana juga Nabi tidak pernah menyepelekannya. Maka bagi siapapun yang mau menikah, pertama-tama harus meluruskan niat. Niatkanlah menikah sebagai ladang amal. Niatkanlah pernikahan sebagai jembatan untuk mencapai ridho Alloh. Janganlah karena terdorong oleh alasan-alasan lain yang kurang bonafid. Kata-kata seperti " karena sudah waktunya", karena usia sudah terlalu tua", apalagi kalau hanya dorongan nafsu syahwat, semua itu bukan alasan yang tepat.
Niatkanlah menikah semata-mata sebagai jalan untuk menyempurnakan ibadah kita kepada Alloh.Oleh karena itu, sebelum menikah diperlukan persiapan-persiapan yang maksimal. Jangan sampai setelah menikah timbul penyesalan-penyesalan.
Dalam kenyataan di masyarakat tidak sedikit kita menyaksikan orang yang merasa menyesal mengapa menikah. Pernikahan bagi mereka ternyata mengerikan. Rumah tangga jadinya ibarat sebuah neraka dunia. Tak jarang rumah tangga seperti itu berakhir dengan perceraian.
Maka sudah semestinya orang-orang yang bersiap-siap hendak menikah mengetahui betul-betul kuncinya. Adapun kuncinya, sesungguhnya bukan terletak pada pernikahan itu sendiri karena peristiwa pernikahannya belum berlangsung. Kunci sebetulnya terletak pada persiapannya.
Sudah menjadi sunatullah bahwa persiapan yang baik selalu lebih dekat pada hasil yang baik. Mike Tyson menjadi juara dunia, adalah karena persiapannya yang luar biasa. Maka tidak usah heran, hasilnya juga lebih mengesankan.
Lihatlah contoh lain lagi, pasukan pengibar bendera pusaka seringkali kita dengar dan lihat , pasukan pengibar bendera pusaka berlatih dengan sangat berat dan memerlukan waktu yang begitu lama. Padahal praktik pengibaran pada hari –H nya tidak begitu lama. Tapi lihat hasilnya, begitu mantap dan membuat yang melihatnya terpesona. Hal itu tidak akan bisa tercapai jika tanpa berlatih keras.
Maka untuk pernikahan pun demikian. “Dalam persiapan pernikahan yang harus kita pikirkan jangan pada nikahnya karena kita belum tentu bisa menikah. Siapa tahu sebelum menikah , walaupun persiapan sudah maksimal, kita keburu meninggal. Maka, kalau kita hanya sibuk memikirkan nikahnya, kita akan sangat rugi karena siapa tahu ajal menjemput kita sebelum pernikahan berlangsung.
Yang harus menjadi pikiran kita, adalah kita siap kalau ditakdirkan menikah. Seperti seorang jago karate yang dipikirannya bukan berkelahinya, melainkan persiapannya. Berkelahinya itu sendiri belum tentu terjadi. Tentara di Indonesia ratusan ribu jumlahnya, tapi yang ikut perang hanya beberapa saja, sedangkan latihan mereka setiap saat.
Nah begitupun dalam persiapan menikah.Pertanyaannya persiapan macam apa saja yang harus kita lakukan ? Tentu saja macam-macam, ibarat kita mau mendirikan sebuah bangunan ; harus dipersiapkan rancangannya, biayanya , mental pembangunnya, dan lain-lain. Mau membangun mahligai rumah tangga juga demikian, mengapa harus siap ? sebab, istri kita pasti berbeda jenisnya dengan kita. Orang tuanya berbeda. Latar belakangnya berbeda, hobinya berbeda, hobinya berbeda.Bayangkan ! kita bakal serumah dan sekamar dengan orang yang berbeda seperti itu. Ini sungguh luar biasa.Wallahu a’lam

Ada beberapa persiapan harus dilakukan bagi para calon mempelai. Pertama, soft ware-nya, yakni qolbu kita yang harus selalu yakin kepada Alloh. Karena yang bisa menimbulkan orang stress, tidak menerima kenyataan, sekali-kali bukan karena masalahnya. Melainkan karena keyakinan dia yang lemah kepada Alloh.

Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa diri kita ini milik alloh. Calon istri kita milik Alloh. Yang mengetahui segala perasaan yang ada pada diri kita adalah Alloh. Yang memerintahkan kita menikah adalah Alloh. Pernikahan terjadi juga dengan ijin Alloh. Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun adalah karena pertolongan Alloh .

Jadi, kuncinya adalah Alloh. Kalau kita tidak yakin kepada Alloh, kita tidak akan mendapatkan kuncinya. Alloh-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan. Alloh-lah yang menyuruh kita menikah. Dan nikah itu ibadah, sedang Alloh menyuruh kita ibadah. Kita tidak usah merasa ragu-ragu lagi.

Maka kembalikan segalanya kepada Alloh. Kita tidak boleh suudzan . Sedikit pun. Tidak boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik orang tua miskin, pendidikan rendah. Kalau kita merasa demikian, berarti kita telah menghina Alloh, sebab wajah kita bukan milik kita, semuanya milik Alloh.

Kedua,tingkatkan kepribadian kita supaya disukai Alloh. Perbaikilah apapun yang dapat kita lakukan ; akhlak kita, perbuatan kita , tingkah laku kita. Jagalah pandangan, bergaulah dengan lawan jenis dengan cara yang disukai Alloh. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat seperti, mejeng dan ngeceng. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Alloh. Apa pun yang kita perbuat pastilah disaksikan-Nya. Maka,meningkatkan kualitas diri supaya disukai Alloh adalah hal paling penting.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya, kita harus latihan meningkatkan kedewasaan. Karena untuk membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan keemauan, keinginan dan uang. Rumah tangga adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bahwa dialah yang paling cantik di dunia. Tapi setelah menikah, tidak jarang orang merasa betapa dunia banyak yang cantik, kecuali istrinya. Hal ini harus dikendalikan dengan kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat hanya karena masalah seperti ini.

Belum lagi dengan masalah lain yang sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa. Mertua kita, adik ipar kita yang tinggal serumah dengan kita, bahkan anak kita sendiri yang masih bayi, misalnya semua bisa berpotensi untuk bermasalah kalau kita tidak dewasa dan arif menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak matang tidak dewasa, tidak arif, ia lebih banyak menambah masalah daripada menyelesaikan masalah.

Ketiga, persiapan ilmu, terutama ilmu agama, kita akan bisa beribadah dan beramal dengan benar. Dan Alloh pun siap menolong kita, kalau kita beribadah dan beramal dengan benar

Ilmu agama penting dikuasai supaya kit tahu standar yang benar. Kita pelajari rumah tangga Rasulullah SAW. Karena memang hanya rumah tangga beliaulah yang menjadi acuan yang tepat dalammenegakan menegakan keluarga Islami. Kita dapat bercermin dari sejarah rumah tangga beliau. Ketika ia pulang ke rumah malam hari, lalu ketika pintunya diketuk tidak ada juga yang menyahut karena istrinya tertidur. Rasulullah tidak berani membangunkan. Akhirnya ia berbaring di depan pintu. Kita mungkin belum bisa seperti itu. Tetapi paling tidak kita memiliki standar yang jelas

Keempat, belajarlah ilmu umum, seperti ilmu kesehatan, ilmu merawat tubuh, cara memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi istri saat menjalani ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan dan lain sebagainya. Begitu pun istri harus memahami bagaimana prilaku suami, bagaimana emosinya, bagaimana karakternya. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan hal-hal seperti ini sangat diperlukan.

Kelima, persiapkan dan tingkatkanlah keterampilan. Seperti keterampilan menata rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, keterampilan menekan biaya hidup dan lain-lain. Hal ini perlu sdilakukan baik oleh calon suami , maupun oleh calon istri. Sebab setelah menikah bagi keduanya masingmasing berpeluang berpisah. Suami harus berpikir misalnya bahwa ajal siap datang menjemput kapan saja. Maka ketika istrinya meninggal duluan jangan sampai kelabakan karean tidak bisa menggantikan peran istrinya. Begitu pun bagi istri ia harus ditinggal suaminya. Maka ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan keterampilan menambah penghasilan

Begitulah persiapan-persiapan yang harus ditempuh bagi kaum laki-laki dan perempuan yang sudah berniat berumah tangga. Bagi mereka yang telah maksimal mempersiapkannya, insya Alloh masalh apa pun yang dihadapi tidak akan membuat mereka goyah. Mereka akan tetap tegar dan yakin bahwa Alloh akan menolongnya. Ingat firman Alloh berikut ini : “ Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Alloh akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Alloh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur ayat 32). Nah, sudah seperti itulah persiapan anda. Wallahu a’lam. (fzyqn)[]***

Rabu, 15 Desember 2010

Sederhana itu indah

Pemburu-pemburu kenikmatan. Mungkin itu sebutan yang tepat bagi tidak sedikit orang yang hidup di zaman modern ini. Mereka yang mempercayai kapitalisme sebagai mesin pendorong peradaban, malah menyebut kenikmatan sebagai awal dari pertumbuhan dan kemajuan. Kalau tanpa kenikmatan, bukankah semuanya jadi tidak hidup dan stagnan ? Demikianlah kira-kira pertanyaan awal mereka dalam melakukan pencaharian.

Dari sinilah kemudian lahir setiap hari jutaan pemburu kenikmatan. Ada yang memburunya melalui jalur seks. Ada yang mencarinya melalui hobi seperti motor gede, mobil built up, main golf, rumah mewah secara amat berlebihan. Ada yang mengejarnya melalui tangga-tangga kekuasaan. Serta masih banyak lagi yang lainnya. Digabung menjadi satu, benar kata kaum kapitalis, kenikmatanlah awal dari kemajuan dan pertumbuhan.

Bukan kapasitas saya untuk meninjau persoalan ini secara ekonomi maupun sosiologi. Sebagaimana biasa, saya akan mengajak Anda berefleksi atau bercermin. Bukan untuk membenarkan atau menyalahkan kehidupan seperti ini, namun untuk menarik garis merah kehidupan ke depan dari sini.

Dalam sebuah perjamuan makan malam di hotel Borobudur beberapa waktu lalu, saya tumben bertemu es puter yang pas di selera. Karena sudah lama tidak makan es model terakhir, maka ada nafsu untuk memakan sepuas-puasnya. Dan lupa kalau memiliki penyakit maag. Tidak lama kemudian, penyakit maag datang menyiksa tidak kurang dari tiga hari.

Seorang sahabat bertutur tentang nasib keponakannya. Dengan latar belakang masa muda yang demikian ketat, maka begitu orang tuanya meninggal hampir semua kenikmatan terutama kenikmatan seks dikejarnya habis-habisan. Tidak lama kemudian, tidak hanya sekolahnya yang berantakan. Diapun mulai kena penyakit seks yang amat menakutkan.

Sebenarnya masih ada banyak sekali cerita sejenis dengan makna serupa. Yang jelas, segala bentuk kenikmatan yang datang dari luar entah makanan, seks, harta dan lain-lain memerlukan kesiapan badan dan jiwa. Di tingkat yang tepat (tidak kurang dan tidak lebih), kenikmatan dari luar tadi menjadi sahabat. Di tingkatan yang tidak tepat apa lagi amat berlebihan maka dia menjadi musuh yang amat berbahaya. Bagi Anda yang suka sekali nasi goreng, makanlah sepuluh piring. Pencinta sate kambing, makanlah seribu tusuk. Dengan semua langkah ini, bukankah neraka langsung menghadang di depan mata ?

Sebagai ilustrasi lain, lihat saja sendiri, bagaimana banyak orang kaya dijebak dan dibuat menderita oleh kekayaannya. Harta yang berlimpah memproduksi ketakutan akan kehilangan yang bisa membuat insomnia. Asuransi kehidupan yang menggunung membuat sejumlah orang tua mencurigai anak-anaknya. Sisa harta kehidupan yang melimpah (baca : warisan) tidak jarang membuat anak cucu pecah berantakan. Demikian juga sebaliknya. Orang yang teramat miskin juga dibuat menderita oleh kemiskinan. Kelaparan, kekurangan gizi, penyakit hanyalah sebagian saja dari perangkap-perangkap kemiskinan yang mencelakakan.

Belajar dari sini, penting dan teramat penting untuk sesegera mungkin menemukan titik cukup dalam kehidupan. Titik ini memang tidak absolut, bisa diperdebatkan, dan berbeda dari satu orang ke orang lain. Makanya ada pertanyaan yang berbunyi : when is enough enough ?

Entah bagaimana Anda menemukan hidup yang cukup. Bagi saya, kata kuncinya ada pada pengeluaran. Sebab, dia lebih controlable dibandingkan dengan pendapatan. Dengan prosentase pengeluaran yang tidak boleh lebih dari lima puluh persen dari pendapatan, siapapun akan aman secara keuangan. Garis pembatas cukup, dalam kehidupan saya adalah setengah dari pendapatan tadi. Sisanya, kami sisakan untuk persiapan hari depan.

Ada juga rekan yang bertanya tentang godaan untuk tidak melebihi limit lima puluh persen. Godaan sebenarnya bukan datang dari luar, tetapi seberapa cermat kita menjaga ‘jendela-jendela’ hawa nafsu. Mata, mulut, hidung, telinga, perasaan adalah jendela-jendela hawa nafsu yang sebaiknya kita jaga secara cermat.

Sebagai ilustrasi saja, saya dan keluarga mengurangi untuk datang ke pameran-pameran yang barangnya tidak kami butuhkan sekarang-sekarang ini. Ia hanya menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru yang membuat kami berhitung, untuk kemudian menyimpulkan bahwa uang tidak cukup. Saya mendidik diri untuk tidak membandingkan diri dengan teman maupun tetangga. Anak-anak kami didik sejak awal untuk hidup lentur. Ketika hidup naik, kita nikmati kenikmatan hidup di tingkat yang lebih tinggi. Demikian juga kalau sebaliknya. Dan yang paling penting, sesering mungkin mengatakan cukup pada jumlah uang yang kami miliki.

Awalnya memang tidak mudah. Namun dengan sedikit kesabaran dan disiplin diri, serta komitmen bersama, sinyal-sinyak hidup secukupnyapun cukup sering datang dalam kehidupan kami.

Mirip dengan tanaman, pupuk yang terlalu banyak bisa membuat dia mati. Tidak pernah diberi pupuk juga bisa membuatnya mati. Kadar pupuk yang cukup amatlah penting dalam hal ini. Kita manusia juga sama. Kekayaan dan kekuasaan yang kita kejar dengan kerja amat keras, menguras banyak energi, bahkan menanggung resiko sakit sekalipun, eh setelah kita peroleh ternyata hanya menciptakan racun dan petaka baru. Bukankah hidup akan penuh dengan kesia-siaan, kalau setelah berlari kencang amat jauh menghabiskan keringat, ternyata garis finishnya hanya sebuah tiang gantungan ?

ISLAM, AJARAN PROGRESIF

Sekilas, judul tulisan ini terkesan kontradiktif dengan beberapa ajaran pokok ahklaq islam seperti tawakkal, sabar, syukur, Qonaah dan lain lain. Banyak umat islam menginterpretasi ajaran ajaran tersebut dengan konotasi yang pasif, padahal makna hakikinya tidak demikian.
Tawakkal Artinya menyerahkan hasil usaha maksimal pada ketetapan Tuhan, dan bukan pasrah pada nasib tanpa berikhtiar. Sabar tidak berarti diam menunggu pertolongan, tetapi tekun berusaha mengatasi kesulitan dengan tetap berpegang teguh pada ajaran Tuhan. Syukur tidak berarti berpuas diri atas suatu prestasi atau kenikmatan, Tetapi mengelola dan menggunakan nikmat itu sesuai dengan maksud pemberiannya. Demikian pula Qona’ah bukan berarti sikap menerima yang pasif, tetapi lebih bemakna pengendalian terhadap keserakahan (syarh) yang cendrung mengabaikan tata nilai. Dengan pemaknaan seperti itu, maka beberapa ajaran islam yang sering di persepsi dapat melahirkan sikap pasif dan pasrah (fatalis), sesungguhnya justru memotivasi ummatnya agar selalu dinamik bahkan progresif.
Di dalam kamus Oxford, istilah Progressive diartikan dengan “Selalu bergerak ke depan” dan “Meningkat secara cepat mencapai taraf yang lebih tinggi atau kualifikasi yang lebih baik”.
Jika demikian pengertiannya, maka seorang (Komunitas) muslim yang baik seharusnya selalu berkembang dan meningkat kualitas dirinya, serta terus menerus melahirkan prestasi prestasi bagus di sepanjang perjalanan hidupannya.
Ummat islam seharusnya menjadi ummat unggulan dan selalu menjadi pionir perdaban di tengah tengah masyarakat dunia, seperti dinyatakan oleh Tuhan (Qs, 3:110) “Kalian adalah ummat terbaik yang ditampilkan untuk (Menjadi pelopor peradaban bagi) Manusia”
Predikat dan posisi sebagai komunitas terbaik pernah diraih oleh generasi generasi awal sampai generasi pertengahan ummat islam. Akan tetapi pada generasi generasi akhir ini kebanyakan komunitas muslim justru tertinggal bila dibandingkan dengan ummat ummat lain (Utamanya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, moral, produktivitas, bahkan dalam hal kualitas hidup secara umum).
Syekh Thanthowi Jauhary (1345H) berpendapat bahwa diantara factor penyebab ketinggalan ummat islam itu adalah lemahnya persatuan (dla’ful ittihaad) dan lemahnya semangat belajar (dla’ful ilmi) Oleh karnanya dalam sebuah risalah berjudul “Al-Qur’an wal ‘Uluum al ‘ashriyah, khithaab ilaa jami’ al muslimin” beliau menyeru kepada ummat islam agar memperkuat jalinan persaudaraan dan meningkatkan semangat ilmiahnya.
Selain kedua faktor tadi, kebanyakan ‘Ulama melakukan eksploitasi terhadap Al-qu’an hanya dari aspek ‘aqidah akhlaq dan hukum (syariah) saja. Padahal ayat ayat yang menuntut manusia agar manusia mempelajari ilmu ilmu tentang alam semesta ini jauh lebih banyak. Tuhan berkali kali menyuruh manusia agar melakukan observasi, penelitian, pengamatan, dan pemikiran terhadap mahluk mahluk ciptaanNya, baik yang hidup maumpun yang tak hidup, yang tersebar di daratan, di lautan, di dalam perut bumi, sampai yang bertebaran diluar angkasa.
Tidak kurang dari 750 ayat di dalam Al-quran membahas tentang ekplorasi ilmiah terhadap alam raya ciptaan tuhan ini, sementara yang membahas tentang hukum syari’ah tidak lebih dari 150 ayat saja. Artinya, Tuhan lebih banyak menyuruh manusia mengembangkan nalar ilmiah kreatifnya dari pada hanya memperdebatkan masalah masalah hukum yang sudah jelas di atur oleh Tuhan sendiri.
Tentu bukan berarti masalah syariah tidak penting, bahkan mempelajari aturan aturan syariat agama merupakan kewajiban individual (fardlu ‘ain) paling mendasar bagi setiap seorang beriman, terutama yang berkaitan dengan kesempurnaan ibadah ritualnya kepada Tuhan.
Di dalam masalah syar’I ini pun, ternyata Tuhan memberi peluang kepada manusia untuk berkreasi (berijtihad) khusus nya menyangkut hal hal yang belum di atur secara pasti (qath’iy). Seperti penetapan hukum terhadap permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan budaya maupun teknologi, yang tentunya memerlukan kajian dan ijtihad yang terus menerus seiring dengan dinamika dan perubahannya. Dengan demikian, syariat islam ini hakikatnya adalah tatanan hidup yang selalu dinamik sesuai dengan perkembangan peradaban manusia.
Dengan merespon perintah perintah Tuhan secara tepat dan Proporsional, maka seorang/masyarakat muslim mestinya memiliki semangat ilmiah yang tinggi tdak pernah kering dari gagasan gagasan kreatif dan inovatif di sepanjang penjelajahan keilmuannya. Karakter yang selalu berfikir dan terus mengembangkan nalar kreatifitas ilmiah yang akan menjadikan mereka sebagai manusia progresif, vang sesuai dengan tuntutan agamanya.
Sangat banyak ayat ayat Al-Qur’an maupun sunnah rasul yang mengajarkan sikap dan gaya hidup progresif bagi ummatnya. Ajaran ajaran tersebut bahkan di contohkan dengan sangat baik oleh sang pembawa risalah (Rasulullah Saw ) dan di praktekkan pula oleh generasi generasi awal ummat islam khususnya para sahabat Rasul. Beberapa contohnya dapat dipaparkan dalam uraian beikut.
Didalam Al-Qur’an (QS 94:7) Tuhan mengingatkan kepada RasulNya”Apabila engkau telah menyelesaikan (suatu urusan), maka segeralah bersiap untuk mengerjakan (urusan) yang lain”. Artinya bahwa seorang Rosul tidak boleh cepat berpuas diri dengan sebuah prestasi atau keberhasilan, tetapi harus terus menerus mengembangkan kebrhasilan itu sampai batas maksimal kemampuan manusiawinya. Perintah ini juga berlaku bagi seluruh ummat islam, bahwa apabila mereka telah menyelesaikan suatu pekerjaan dan membuat sebuah prestasi, maka hendaknya segera bersiap siap untuk melakukan pekrjaan yang lain
Serta membuat prestasi yang lebih baik lagi.
Pada bagian yang lain (QS 59: 18) Tuhan memerintahkan kepada orang beriman”Hai orang orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah, dan hendaknya setiap orang memperhatikan (mengevaluasi) apa yang telah dilakukan untuk mempersiapkan hari esok nya”. Artinya bahwa setiap orang beriman dianjurkan untuk selalu melakukan evaluasi terhadap segala aktifitas dan prestasi yang telah lewat untuk mempersiapkan hari esok yang lebih baik. Setiap momentum perjalanan waktu tidak boleh terlewatkan tampa arti, sehingga umurnya termanfaatkan untuk hal hal yang maslahaat dan Produktif.
Rosulluloh pernah mengingatkan ummatnya, bahwa orang yang beruntung itu adalah mereka yang prestasi hidupnya hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan besok akan lebih baik lagi dari hari ini. Sedangkan orang yang prestasi hidupnya tidak pernah meningkat dari sebelumnya (meskipun tidak menurun) maka dia termasuk merugi. Dan kalau prestasi seseorang semakin hari semakin menurun, berarti dia termasuk orang yang celaka. Berarti islam mengajarkan, dalam hidup ini hanya ada satu jalan untuk meraih kesuksesan yaitu terus bergerak maju ke depan, tidak boleh ada kata berhenti dalam membuat prestasi.
Mengukir prestasi dan melakukan perbuatan baik tidak sekedar diperitahkan, namun dianjurkan untuk disegerakan, bahkan kalau perlu di diperlombakan. Paling tidak dua kali Tuhan memerintahkan dengan dua kalimat yang sama, agar manusia berpacu (saling beradu cepat) dalam melakukan amal kebaikan (QS 2:148; dan QS 5:48) “Maka saling beradu cepatlah kalian dalam (memperbanyak) amal kebajikan”. Melalui kedua potongan ayat tersebut, Tuhan benar benar menghendaki agar orang mukmin bersikap progresif, tidak lengah dan tidak cepat berpuas diri yang menyebabkan mereka terpuruk dan tertinggal dari ummat lain.
Gaya hidup progresif akan memunculkan sikap optimis, etos kerja tinggi, serta sangat perduli pada sesama, sehingga ringan tangan untuk menolong kesulitan orang lain. Dalam menginfaqkan hartanya sering kali lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri atau keluarganya (itsaar). Sikap inilah yang telah dicontohkan oleh Rasulluloh, dan kemudian banyak ditiru oleh para sahabat beliau seperti : Abu bakar, Umar bin khottob, Abdurrahman bin auf, dan lainnya
Salah satu contoh ideal dalam hal kedermawanan ini adalah Abdurrahman bin auf. Beliau adalah pelopor sahabat yang berhijrah dari makkah ke madinah untuk Allah dan RasulNya. Ketika sampai di kota madinah , Abdurrahman bin auf dipersaudarakan oleh Rasulluloh dengan sahabat anshor bernama Sa’ad bin rabi’.
Pada suatu hari Sa’ad bin rabi’ menawarkan separo dari harta kekayaan nya untuk diberikan kepadas Abdurrahman, namun dia lebih memilih kerja keras sendiri dan tidak ingin menggantungkan diri kepada orang lain. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas tawaran saudaranya itu dia menjawab “semoga Allah melimpahkan berkahnya kepadamu wahai saudaraku, juga kepada keluargamu serta hartamu. Saya hanya minta tolong agar saudara menunjukkan dimana letak pasar di kota madinah ini.
Setelah sa’at menunjukkan lokasi pasar maka mulailah Abdurrahman berdagang dengan sedikit modal yang ia bawa dari Makkah. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, disertai dengan kehusyu’an ibadah dan doa Rasulluloh kepadanya, maka dalam waktu yang tidak lama Abdurrahman bin Auf telah menjadi pedagang yang sukses dengan kekayaan yang berlimpah. Dengan kekayaanya itu dia menjadi salah seorang sahabat paling dermawan di kota Madinah, dan selalu menjadi donatur terbesar dalam setiap perjuangan Rasullulah.
Ketika menghadapi perang tabuk, Rasullulah memerlukan dana besar dan jumlah pasukan yang banyak. Abdurrahman Bin Auf langsung merespon dan ber infaq sebanyak dua ratus Uqiyah Emas. Maka umar bin khattab Berbisik pada Rasulullah “Sepertinya Abdurrahman berdosa, karena tidak meninggalkan uang belanja sedikitpun untuk istri/keluarganya”
Rasul lalu bertanya kepada Abdurrahman “apakah kau tinggalkan uang belanja untuk istrikmu…?
Dia menjawab ada!, mereka telah saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari yang saya sumbangkan ini”.
Rasul bertanya lagi Berapa…?” dia menjawab “sebanyak rizki, kebaikan dan upah yang dijanjikan oleh Allah”
Jawaban Abdurrahman ini tentu bukan sekedar memasrahkan kebutuhan keluarga pada Tuhan tanpa ikhtiar, tetapi karena dia memiliki optimisme dan semangat kerja yang tinggi dilandasi keyakinan bahwa Tuhan pasti tidak melupakan nasib hambaNya yang sungguh sungguh taat kepadaNya.
Islam sangat membenci sikap statis dan malas yang melahirkan berbagai kelemahan, keterpurukan dan keterbelakangan. Dalam banyak kesempatan Rasulluloh selalu memberi contoh dan memotivasi ummatnya agar memiliki semangat hidup yang tinggi. Ketika menghadapi berbagai kesulitan, Rasul selalu tampil tegar dan menjadi inspirator serta motivator bagi para sahabat untuk mengatasi kesulitan,
Misalnya ketika sahabat mengalami kesulitan saat menggali parit dalam perang Khandaq, maka beliau segera mengatasi kesulitan sahabatnya dengan turun sendiri menggali bagian tanah yang sangat keras tersebut. Di kesempatan lain, pada saat ada seorang pengemis yang datang, beliau menyuruh orang tersebut pulang dan mengambil tali, kemudian ke hutan untuk mencari kayu baker dan menjualnya di pasar. Kedua contoh terakhir ini menggambarkan bagaimana keteladanan Rasullulah dalam memotivasi ummatnya agar menjauhi kemalasan dan keputus asa’an.
Dengan memperhatikan beberapa uraian singkat tadi, dapatlah difahami bahwa islam ini memang mengajarkan ummat nya agar selalu dinamik dan progresif, baik dalam berfikir, bersikap maupun beraktifitas.(Dari Aan Iskandar)

Selasa, 07 Desember 2010

Teman Sejati

Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya.
Tetapi lebih sakit bila mencintai dan tidak pernah menemukan keberanian
untuk memberitahu mereka apa yang kamu rasakan. Hanya perlu satu menit
untuk menghancurkan seseorang, satu jam untuk menyukai seseorang, satu
hari untuk mencintai seseorang tetapi membutuhkan seumur hidup untuk
melupakan seseorang.

Mungkin Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang yang tidak
tepat sebelum bertemu dengan yang tepat. Jadi ketika kita akhirnya
bertemu dengan orang yang tepat, kita akan tahu betapa berharganya anugerah tersebut.

Cinta adalah ketika kamu membawa perasaan, kesabaran dan romantis dalam
suatu hubungan dan menemukan bahwa kamu peduli dengan dia. Hal yang
menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang
sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak
berarti dan kamu harus membiarkannya pergi. Ketika satu pintu kebahagiaan
tertutup, pintu yang lain terbuka. Tetapi kadang-kadang kita menatap terlalu
lama pada pintu yang telah tertutup itu sehingga kita tidak melihat
pintu lain yang telah terbuka untuk kita.

Teman yang terbaik adalah teman dimana kamu dapat duduk bersamanya dan
merasa terbuai, dan tidak pernah mengatakan apa-apa dan kemudian
berjalan bersama. Perasaan seperti itu adalah percakapan termanis yang pernah
kamu rasakan.

Benarlah bahwa kita tidak tahu apa yang kita dapatkan sampai kita
kehilangan itu. Tetapi benar juga bahwa kita tidak tahu apa yang hilang
sampai itu ada.

Memberikan seseorang semua cintamu tidak pernah menjamin bahwa mereka
akan cintai kamu juga!!!

Jangan mengharapkan cinta sebagai balasan, tunggulah sampai itu tumbuh
didalam hati mereka. Tetapi jika tidak, pastikan dia tumbuh didalam
hatimu.

Ada hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu
dengar dari orang yang kamu ingin dengar.

Tetapi jangan sampai kamu menjadi tuli walaupun kamu tidak mendengar
itu dari seseorang yang mengatakan itu dari hatinya.

Jangan pernah berkata selamat tinggal jika kamu masih ingin mencoba.
Jangan menyerah selama kamu merasa masih dapat maju.

Jangan pernah berkata kamu tidak mencintai orang itu lagi bila kamu
tidak bisa membiarkannya pergi.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walapun mereka
telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka
telah dikhianati.

Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti
sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan
untuk membangun kembali kepercayaan.

Jangan melihat dari wajah, itu bisa menipu.

Jangan melihat kekayaan, itu bisa menghilang.

Datanglah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum karena sebuah
senyuman dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah.

Berharaplah kamu dapat menemukan seseorang yang dapat membuatmu tersenyum.
Ada saat di dalam kehidupanmu dimana kamu sangat merindukan seseorang.
Kamu ingin mengambil mereka dari mimpimu dan benar-benar memeluk dia.
Berharaplah bahwa kamu dapat bermimpi tentang dia, yang berarti mimpilah
apa yang ingin kamu mimpikan, pergilah kemana kamu ingin pergi, jadilah
sesuai dengan keinginan kamu, karena kamu hanya hidup sekali dan satu
kesempatan untuk melakukan apa yang kamu inginkan.

Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia,
cukup cobaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu
menjadi manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu bahagia.
Selalu letakkan dirimu pada posisi orang lain. Jika kamu merasa bahwa itu
menyakitkan kamu, mungkin itu menyakitkan orang itu juga. Kata-kata yang
ceroboh dapat mengakibatkan perselisihan, kata-kata yang kasar bisa
membuat celaka, kata-kata yang tepat waktu dapat mengurangi ketegangan,
kata-kata cinta dapat menyembuhkan dan menyenangkan.

Permulaan cinta adalah dengan membiarkan orang yang kita cintai menjadi
dirinya sendiri dan tidak membentuk mereka menjadi sesuai keinginan kita.
Dengan kata lain kita mencintai bayangan kita yang ada pada diri mereka.
Orang yang bahagia tidak perlu memiliki yang terbaik dari segala hal.
Mereka hanya membuat segala hal yang datang dalam hidup mereka.
Kebahagiaan adalah bohong bagi mereka yang menangis, mereka yang terluka,
mereka yang mencari, mereka yang mencoba. Mereka hanya bisa menghargai
orang-orang penting yang telah menyentuh hidup mereka.

Cinta mulai dengan senyuman, tumbuh dengan kemesraan dan berakhir
dengan air mata.

Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan.

Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan kamu sampai kau
melupakan kegagalan kamu dan rasa sakit hati. Ketika kamu lahir, kamu
menangis dan semua orang di sekeliling kamu tersenyum. Hiduplah dengan
hidupmu, jadi ketika kamu meninggal, kamu satu-satunya yang tersenyum
dan semua orang di sekeliling kamu menangis.

Jadilah Orang yang selalu Optimis

Di tahun tahun terakhir ini begitu banyak keprihatinan dan kejadian kejadian yang memilukan yang susul menyusul menimpa bangsa Indonesia ini, seperti terjadinya bencana bencana alam, kecelakaan sarana transportasi, mewabahnya beberapa penyakit mematikan, yang kesemuanya telah merenggut ribuan nyawa dan menyisakan banyak penderitaan. Bahkan ditambah lagi dengan melambungnya harga harga dan jasa akibat kenaikan harga BBM, yang menyebabkan beban hidup masyarakat semakin berat. Situasi keamanan yang menghawatirkan juga dirasakan oleh sebagian masyarakat berkenaan dengan masih maraknya berbagai tindak kejahatan dan semakin meningkatnya kualitas kejahatan. Di sector layanan public masih banyak dikeluhkan dengan rendah nya kualitas layanan,baik tingkat Nasional maupun Internasional. Berbagai tindakan manipulatif seperti koropsi, kolusi, dan nepotisme masih sangat menggejala di hampir semua tingkatan birokrasi mulai dari pusat sampai ke daerah daerah.

Dalam pandangan masyarakat dunia, martabat bangsa ini juga juga masih sering menjadi obyek pelecehan misalnya dengan sebutan Negara paling korup di kawasan asia.
Dimata para investor, Indonesia masih dipandang sebagai Negara paling tidak aman untuk berinvestasi, Sementara dari kacamata politik Internasional, pemerintah sering di anggap lemah dalam berdiplomasi, sehingga dalam penyelesaian berbagai persoalan antar bangsa hampir selalu menjadi pihak yang kalah.

Berbagai realitas kondisi yang dipaparkan tadi dapat menimbulkan pesimisme dan menurunnya kepercayaan diri, Bahkan dapat melahirkan keputus asaan bagi orang orang yang lemah imannya, Oleh karnanya, masyarakat dan warga bangsa ini patut selalu mawas diri agar jangan sampai terjebak dalam keputus asaan dan kehilangan harapan. Bukanlah Tuhan banyak memberi harapan dan tidak pernah mengingkari janjinya kepada orang orang yang beriman…
Di dalam Al-Qu’an surat yusuf ayat 87 Tuhan berfirman :
“Seungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang orang yang kafir”
Keputus asaan dikategorikan sebagai bentuk kekafiran (pengingkaran) terhadap keberadaan Tuhan dengan segala ke-maha kuasa-an Nya. Orang yang berputus asa berarti menafikan pertilingan dan kasih saying (rahmat) Tuhan yang amat luas dan tanpa batas.
Syekh Al Maraghi memberikan penafsiran pada ayat tersebut dengan penjelasan :
“Adapun orang mu’min (yang benar imannya), maka sebagai musibahdan kondisi sulit tidak membuat mereka berputus asa dari rahmat Tuhannya dan selalu memiliki harapan untuk dapat keluar dari kesulitannya.

Tidak berputus asa merupakan indikasi utama keimanan yang ada pada diri manusia. Bagaimanapun dahsyatnya suatu musibah dan bagaimanpun berat kesulitan hidup, tidak akan memupus harapan harapan mereka dari rahmat Tuhan. Hal ini karena didalam hati mereka ada keyakinan kuat bahwa Tuhan pasti dapat menolong dan membebaskan mereka dari himpitan kesulitan tersebut. Bahkan tidak jarang keyakinan itu didukung oleh adanya pengalaman empirik yang pernah mereka alami sebelumnya
Sahabat Abdullah bin ‘Abbas menyatakan bahwa karakter seorang mu’min itu selalu berprasangka baik kepada Tuhan, apapun yang diberikan Tuhan pasti telah di ukur sesuai dengan kapasitas hambaNya, sehingga mereka dapat mengapresiasi pemberian itu secara proporsional, baik yang dirasa sebagai beban (menyengsarakan) ataupun yang dirasa sebagai anugerah (menyenangkan).

Tafsir Al maraghi Juz 5 h.30 menerangkan :
“Sesungguhnya orang mu’min itu selalu bersikap baik dalam menerima segala sesuatu yang datang dari Allah, mereka berharap (mendapat pertolongan) kepada Allah ketika menghadapi ujian/kesulitan, dan selalu memuji (bersyukur kepada) Allah ketika mendapat kesenangan/kemudahan”

Dua sikap (berharap dan bersyukur) inilah yang mencerminkan kemantapan iman di dalam hatinya. Dengan dua sikap tersebut setiap orang mu’min akan memiliki stabilitas ruhani dalam menghadapi pasang surutnya gelombang kehidupan, Tidak mudah frustasi pada saat terhempas gelombang, dan tidak menjadi lupa diri ketika berada di puncak kesuksesan.

Syekh Al Qurtubi menyatakan dalam tafsirnya (Juz 9 h.252) ayat 87 dari surat yusuf tersebut merupakan dalil bahwa berputus asa itu merupakan salalh satu dosa besar yang harus dihindari oleh setiap orang beriman, beliau juga mengonfirmasikan pendapat itu dengan ayat 53 dari surat Az-zumar :
Katakanlah (Bahwa Tuhan menyeru para hmbaNya) : “Hai hamba hambaku yang (bersikap) melampaui batas kepada diri meraka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.

Seruan Tuhan dalam ayat ini dinilai oleh para mufassir sebagai bentuk toleransi luar biasa bagi orang orang yang banyak melakukan pelanggaran dan pengingkaran terhadap ajaranNya. Sebanyak dan sebesar apapun pelanggaran yang telah mereka lakukan, Tuhan tetap memberi harapan dan berkenan mengampuni serta melimpahkan kasih sayangNya asal mereka mau kembali (bertaubat) kepadaNya.

Dengan memperhatikan beberapa keterangan di atas, maka serumit apapun keterpurukan yang di alami oleh manusia, meraka harus tetap memiliki optimisme bahwa suatu saat Tuhan pasti akan mendatangkan pertolonganNya.
Tentu saja harus ada inisiatf dan upaya dari yang bersangkutan untuk mengatasi kesulitan yang sedang menimpa mereka. Hal ini ditegaskan pleh Tuhan sendiri dalam firmanNya (QS.13:11)
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah apa apa (nasib) yang ada pada suatu kaum sampai mereka sendiri (berinisiatif) merubah apa apa yang ada pada diri mereka”
Kondisi (baik/buruk) yang ada pada seseorang atau suatu kaum, pada hakikatnya merupakan cerminan hubungan mereka dengan Tuhan, apabila mereka dekat dan memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan, maka banyak kenikmatan dan kebaikan yang mereka peroleh. Sebaliknya bila mereka jauh dan memiliki kualitas hubungan yang buruk dengan Tuhan, maka banyak kemalangan dan penderitaan yang mereka alami, Hal ini pernah diterangkan oleh Rasullulah bahwa, akibat adanya dosa dan kesalahan merekalah manusia akan di timpa kegelisahan, kesulitan, bahkan penderitaan dan kesengsaraan, jauh dari kebahagiaan dan kesuksesan. Di dalam sebuah hadist riwayat Imam Ahmad bin ibu A’isyah ra. Rasulullah menyatakan :
“Apabila telah banyak dosa dosa seorang hamba sedang dia tidak memiliki amal amal kebajikan yang dapat mengimbangi/menghapus dosa tersebut, maka Allah akan menimpakan kegelisahan (penderitaan) kepada seorang tersebut sehingga penderitaan itu menjadi penghapus dosa dan kesalannya”

Nsib baik atau buruk pada suatu kaum yang merupaknan buah dari kualitas hubungan mereka dengan Tuhan, tidak akan dirubah kecuali mereka sendiri yang melakukan perubahan, sebagaimana telah diterangkan pada (QS.13:11) di depan, pernyataan tersebut dipertegas lagi pada ayat lain (QS.8:53) :
“Hal yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu nikmat yang telah di anugerahkanNya kepada suatu kaum sehingga kaum itu sendiri merubah apa yang telah ada pada diri mereka”

Dari penjelasan Allah melalui ayat terakhir ini, dapatlah difahami bahwa apabila manusia ingin merubah nasib nya dan memperbaiki kualitas hidupnya, maka mereka harus berinisiatif dan berikhtiar semaksimal kemampuan nya, serta tetap berpegang teguh pada petunjuk dan ajaran Tuhannya. Berkaitan dengan hal ini patutlah di perhatikan pernyataan Allah melalui RasulNya dalam sebuah hadist qudsi yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari sanatnya sahabat Abu Hurairah :
“Sesungguhnya tiadalah suatu bangsa atau seorang yang selama ini telah melaksanakan ketaatan kepada Allah kemudian mereka mengalihkan ketaatan itu pada kema’syiatan kepada Allah, kecuali Allah akan mencabut hal hal yang mereka senangi dan diganti dengan hal hal yang mereka benci/takuti”
Selanjutnya dalam hadist qudsi yang lain lewat ibnu Abi Syaibah dari sanatnya sahabat ‘Ali Bin Abi Thalib, Rasulullah menyampaikan :
“Tuhan Berfirman : Demi kemuliaanku, demi keagunganku, dan demi keluhuranku atas arasyKu, tiadalah suatu bangsa atau suatu kaum yang selama ini melakukan kemaksyiatan yang Aku benci, kemudian mereka meninggalkan kema’syiatan itu dan beralih melakukan ketaatan yang aku sukai, kecuali aku alihkan dari mereka azabKu yang mereka takuti dan aku ganti dengan RahmatKu yang mereka senangi.

Berdasarkan dua hadist qudsi terskhir ini, dapatlah difahami bahwa kejayaan dan kesuksesan ataupun kemalangan dan keterpurukan yang di alami suatu bangsa atau perorangan, ternyata tidak lepas dari sikap dan perilaku mereka sendiri dalam membina hubungan dengan Tuhan, Semakin bagus dan mesra hubungan mereka dengan Tuhan, maka semakin sukses dan jayalah hidupnya.
Sebaliknya semakin jelek hubungan mereka dengan Tuhan, maka semakin malang dan terpuruk nasibnya.

Tujuh kata istimewa

7 Kalimat yang disukai Allah:

Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan
Malaikat serta diampuni dosa-dosanya walau sebanyak busa laut.

1. Mengucap Bismillah pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.

2. Mengucap Alhamdulillah pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.

3. Mengucap Astagfirullah jika lidah terselip perkataan yang tidak patut

4. Mengucap Insya Allah jika merencanakan berbuat sesuatu di hari esok.

5. Mengucap La haula wala quwwata illa billah jika menghadapi sesuatu
tak disukai dan tak diingini.

6. Mengucap Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun jika menghadapi dan menerima
musibah.

7. Mengucap La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah sepanjang siang malam
sehingga tak terpisah dari lidahnya dari tafsir hanafi, mudah-mudahan ingat,

walau lambat-lambat mudah-mudahan selalu,
walau sambil lalu mudah-mudahan jadi bisa, karena sudah biasa.

AMIN ....... AMIN ......... AMIN............

Wasalamu'alaikum Wr. Wb,
to be guilty come from us and accurate come from Allah SWT.

Jumat, 03 Desember 2010

Imam Bukhari

Imam Bukhari ialah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Yardidzab al Bukairy. Seorang ulama besar dalam ilmu hadits, yang seluruh kesempatan dan hidupnya dicurahkan untuk mengumpulkan, meneliti dan mempelajari hadits-hadits nabi SAW, sebab saat itu hadits-hadits nabi belum terkumpul dalam satu kitab, masih banyak tersimpan pada dada ulama penghafalnya. Dalam upayanya mencari dan mengumpulkan hadits, Bukhari mengadakan pengembaraan dari kampung ke kampung, hingga dari kota ke kota lainnya, untuk menemui para ulama yang menyimpannya. Setelah terkumpul, Bukhari mengadakan penelitian tentang “matan hadits”nya, diperhatikan pula sanad-sanadnya, yang kemudian beliau susunlah sebuah kitab hadits, yang hingga sekarang telah populair di kalangan kaum muslilin, yaitu kitab “Shahih Bukhari” dalam 4 jilid besar.

Kitab “Shahih Bukhari” atau judul aslinya “Jami’us-Shahih” inilah yang dikalangan umat islam telah disepakati sebagai sumber kedua dalam menentukan hukum Islam, sesudah Al-qur’an. Disamping itu merupakan kitab hadits yang pertama kali disusun di persada bumi ini, dan kitab hadits yang paling shahih.

Bukhari, tidak hanya menulis menulis satu kitab itu saja, tetapi karya ilmiahnya juga yang lain banyak juga, khususnya dalam masalah hadits Nabi. Kitab “Adabul-Nufrad”, termasuk salah atu dari karya ilmiahnya pula.

Bukhari, sempat menghafal dan mengumpulkan sebanyak 600.000 hadits Nabi, yang kemudian setelah diteliti dari berbagai segi, maka yang ditulisnya alam kitab “Shahih Bukari” ada 7.275 hadits. Namun kemudian setelah disaring lagi, yaitu dikurangi yang berulang-ulang,tinggal 2.513 hadits. Tentunya selebihnya dari itu ditulisnya dalam berbagai kitab karyanya. Lebih jauh diterangkan, bahwa dari sekian banyak hadits yang dihafalnya, yang nyata-nyata shahih ada 100.000 hadits Nabi, sedangkan yang 500.000 hadits masih diragukan kesahihannya.

Dalam menulis kitab “Shahih Bukhari”, Imam Bukhari tidak sembarang menulis saja, tetapi setiap kali hendak menulis didahului dengan berwudlu di sumur Zam-Zam, dan mengadakan sholat sunah dua rokaat terlebih dahulu, yaitu di Maqam Ibrahim. Demikian pula dikala menulis kitab yang lain. Untuk menulis kitab “Shahih Bukhari” memakan waktu selama 16 tahun.

Ulama besar Ahli Hadits Nomor satu di dunia ini lahir pada Bulan Syawwal tahun 194 H di sebuah desa Bukhara (Asia Tengah), dan wafat di desa Samarkand (Bukhara), pada hari malam Sabtu, tepatnya waktu Isya’, dan bertepatan pula dengan Malam Hari Raya Fitri tahun 256 H, dan dimakamkan di situ juga.

Ulama besar yang telah meninggalkan karya ilmiahnya yang masyhur, yang diakui oleh seluruh dunia Islam, baik sekarang hingga akhir zaman ini termasuk seorang penganut Madzhab Syafi’i. perlu di catat, bahwa kitab “Shahih Bukhari” diselesaikan keseluruhannya di kota Makkah Al Mukarromah, di dekat ka’batullah Musyarrafah.