Selamat Datang

Selamat Datang (Sugeng Rawuh) di Blog Pribadi Saya

Senin, 20 Februari 2012

KETIKA UJIAN NASIONAL USAI



Ujian Nasional tingkat SD sampai dengan SMA baru saja usai. Setiap pelaksanaan ujian nurani seorang guru akan teruji, betapa tidak ? karena setiap ujian tiba selalu saja ada pesan sponsor “Harus lulus 100% bagaimanapun caranya yang penting bermain cantik”, begitu kira-kira pesan singkat seseorang yang tidak mau kehilangan “jabatan”nya gara-gara banyak siswa yang tiak lulus. Akhirnya para guru antara ya dan tiak yangselalu berkecamuk dalam dadanya, selalu saja menjadi Tim sukses untuk meluluskan siswanya, meskipun sebenarnya siswa tersebut sangat pantas untuk tinggal kelas, dan harus rela ikut ujian lagi tahun depan, bahkan tahun-tahun berikutnya.

Aneh memang, dunia ini memang sudah aneh. Dunia pendidikan kita sudah berkolaborasi dengan panggung politik para penguasa. Maka tidak mengherankan kalau Pendidikan kita sekarang jauh tertinggal dengan negara tetangga kita yang dulu banyak mengimpor guru-guru dari Indonesia yaitu Malaysia. Untuk itu wahai para guru, pahlawan tanpa jasa saatnya kini nurani bicara, berontak pada hal-hal aneh yang dapat mencemari kwalitaskelulusan  peserta didik kita. Kita tentu senang apabila sekolah dapat lulus 100%, namun tentu lebih senang kalau lulusan sekolah kita 100% berkwalitas, sehingga siap bersaing di dunia yang sekarang ini terasa sempit.

Untuk apa kita banyak meluluskan namun hanya akan menambah beban pemerintah, karena hanya mampu menciptakan pengangguran. Mengapa harus nganggur ya karena banyak yang lulus secara instan. Meskinya siswa harus bersiap-siap jauh-jauh hari sebelum saat ujian tiba, akan tetapi anak sekarang seakan masa bodoh akan nasibnya, ujian nasional maupun ujian sekolah tidak lagi menjadi beban berat, kenapa ? karena 50% lebih soal-soal itu telah dikerjakan gurunya, yang terlebih dahulu telah menjadi “Tim Sukses” untuk kelulusan 100%.

Apabila hal ini dibiarkan, apa kata dunia tentang pendidikan kita, dan bagaimana nasib generasi penerus kita ? akankah kita hanya dapat melahirkan generasi leha-leha saja, yang selalu santai dlam menghadapai masa depannya ? semoga saja sentuhan ini dapat menggugah sekaligus menggelitik para guru yang nurani telah mulai terpasung kejamnya dunia politik. Seharusnya dunia pendidikan kita harus menjauh dari dunia politik, karena dalam politik tidak ada sahabat sejati, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Bila hal ini masih kita biarkan, tentunya tidak banyak berarti pemerintah memberikan tunjangan profesi bila kinerja para guru tidak dapat lebih baik. Akhirnya kembali pada nurani para guru. Semoga masih banyak guru yang berkwalitas yang punya keberanian untuk membuka suara, terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan suara hati nuraninya.

Tidak ada komentar: