Selamat Datang

Selamat Datang (Sugeng Rawuh) di Blog Pribadi Saya

Selasa, 07 Desember 2010

Jadilah Orang yang selalu Optimis

Di tahun tahun terakhir ini begitu banyak keprihatinan dan kejadian kejadian yang memilukan yang susul menyusul menimpa bangsa Indonesia ini, seperti terjadinya bencana bencana alam, kecelakaan sarana transportasi, mewabahnya beberapa penyakit mematikan, yang kesemuanya telah merenggut ribuan nyawa dan menyisakan banyak penderitaan. Bahkan ditambah lagi dengan melambungnya harga harga dan jasa akibat kenaikan harga BBM, yang menyebabkan beban hidup masyarakat semakin berat. Situasi keamanan yang menghawatirkan juga dirasakan oleh sebagian masyarakat berkenaan dengan masih maraknya berbagai tindak kejahatan dan semakin meningkatnya kualitas kejahatan. Di sector layanan public masih banyak dikeluhkan dengan rendah nya kualitas layanan,baik tingkat Nasional maupun Internasional. Berbagai tindakan manipulatif seperti koropsi, kolusi, dan nepotisme masih sangat menggejala di hampir semua tingkatan birokrasi mulai dari pusat sampai ke daerah daerah.

Dalam pandangan masyarakat dunia, martabat bangsa ini juga juga masih sering menjadi obyek pelecehan misalnya dengan sebutan Negara paling korup di kawasan asia.
Dimata para investor, Indonesia masih dipandang sebagai Negara paling tidak aman untuk berinvestasi, Sementara dari kacamata politik Internasional, pemerintah sering di anggap lemah dalam berdiplomasi, sehingga dalam penyelesaian berbagai persoalan antar bangsa hampir selalu menjadi pihak yang kalah.

Berbagai realitas kondisi yang dipaparkan tadi dapat menimbulkan pesimisme dan menurunnya kepercayaan diri, Bahkan dapat melahirkan keputus asaan bagi orang orang yang lemah imannya, Oleh karnanya, masyarakat dan warga bangsa ini patut selalu mawas diri agar jangan sampai terjebak dalam keputus asaan dan kehilangan harapan. Bukanlah Tuhan banyak memberi harapan dan tidak pernah mengingkari janjinya kepada orang orang yang beriman…
Di dalam Al-Qu’an surat yusuf ayat 87 Tuhan berfirman :
“Seungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang orang yang kafir”
Keputus asaan dikategorikan sebagai bentuk kekafiran (pengingkaran) terhadap keberadaan Tuhan dengan segala ke-maha kuasa-an Nya. Orang yang berputus asa berarti menafikan pertilingan dan kasih saying (rahmat) Tuhan yang amat luas dan tanpa batas.
Syekh Al Maraghi memberikan penafsiran pada ayat tersebut dengan penjelasan :
“Adapun orang mu’min (yang benar imannya), maka sebagai musibahdan kondisi sulit tidak membuat mereka berputus asa dari rahmat Tuhannya dan selalu memiliki harapan untuk dapat keluar dari kesulitannya.

Tidak berputus asa merupakan indikasi utama keimanan yang ada pada diri manusia. Bagaimanapun dahsyatnya suatu musibah dan bagaimanpun berat kesulitan hidup, tidak akan memupus harapan harapan mereka dari rahmat Tuhan. Hal ini karena didalam hati mereka ada keyakinan kuat bahwa Tuhan pasti dapat menolong dan membebaskan mereka dari himpitan kesulitan tersebut. Bahkan tidak jarang keyakinan itu didukung oleh adanya pengalaman empirik yang pernah mereka alami sebelumnya
Sahabat Abdullah bin ‘Abbas menyatakan bahwa karakter seorang mu’min itu selalu berprasangka baik kepada Tuhan, apapun yang diberikan Tuhan pasti telah di ukur sesuai dengan kapasitas hambaNya, sehingga mereka dapat mengapresiasi pemberian itu secara proporsional, baik yang dirasa sebagai beban (menyengsarakan) ataupun yang dirasa sebagai anugerah (menyenangkan).

Tafsir Al maraghi Juz 5 h.30 menerangkan :
“Sesungguhnya orang mu’min itu selalu bersikap baik dalam menerima segala sesuatu yang datang dari Allah, mereka berharap (mendapat pertolongan) kepada Allah ketika menghadapi ujian/kesulitan, dan selalu memuji (bersyukur kepada) Allah ketika mendapat kesenangan/kemudahan”

Dua sikap (berharap dan bersyukur) inilah yang mencerminkan kemantapan iman di dalam hatinya. Dengan dua sikap tersebut setiap orang mu’min akan memiliki stabilitas ruhani dalam menghadapi pasang surutnya gelombang kehidupan, Tidak mudah frustasi pada saat terhempas gelombang, dan tidak menjadi lupa diri ketika berada di puncak kesuksesan.

Syekh Al Qurtubi menyatakan dalam tafsirnya (Juz 9 h.252) ayat 87 dari surat yusuf tersebut merupakan dalil bahwa berputus asa itu merupakan salalh satu dosa besar yang harus dihindari oleh setiap orang beriman, beliau juga mengonfirmasikan pendapat itu dengan ayat 53 dari surat Az-zumar :
Katakanlah (Bahwa Tuhan menyeru para hmbaNya) : “Hai hamba hambaku yang (bersikap) melampaui batas kepada diri meraka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.

Seruan Tuhan dalam ayat ini dinilai oleh para mufassir sebagai bentuk toleransi luar biasa bagi orang orang yang banyak melakukan pelanggaran dan pengingkaran terhadap ajaranNya. Sebanyak dan sebesar apapun pelanggaran yang telah mereka lakukan, Tuhan tetap memberi harapan dan berkenan mengampuni serta melimpahkan kasih sayangNya asal mereka mau kembali (bertaubat) kepadaNya.

Dengan memperhatikan beberapa keterangan di atas, maka serumit apapun keterpurukan yang di alami oleh manusia, meraka harus tetap memiliki optimisme bahwa suatu saat Tuhan pasti akan mendatangkan pertolonganNya.
Tentu saja harus ada inisiatf dan upaya dari yang bersangkutan untuk mengatasi kesulitan yang sedang menimpa mereka. Hal ini ditegaskan pleh Tuhan sendiri dalam firmanNya (QS.13:11)
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah apa apa (nasib) yang ada pada suatu kaum sampai mereka sendiri (berinisiatif) merubah apa apa yang ada pada diri mereka”
Kondisi (baik/buruk) yang ada pada seseorang atau suatu kaum, pada hakikatnya merupakan cerminan hubungan mereka dengan Tuhan, apabila mereka dekat dan memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan, maka banyak kenikmatan dan kebaikan yang mereka peroleh. Sebaliknya bila mereka jauh dan memiliki kualitas hubungan yang buruk dengan Tuhan, maka banyak kemalangan dan penderitaan yang mereka alami, Hal ini pernah diterangkan oleh Rasullulah bahwa, akibat adanya dosa dan kesalahan merekalah manusia akan di timpa kegelisahan, kesulitan, bahkan penderitaan dan kesengsaraan, jauh dari kebahagiaan dan kesuksesan. Di dalam sebuah hadist riwayat Imam Ahmad bin ibu A’isyah ra. Rasulullah menyatakan :
“Apabila telah banyak dosa dosa seorang hamba sedang dia tidak memiliki amal amal kebajikan yang dapat mengimbangi/menghapus dosa tersebut, maka Allah akan menimpakan kegelisahan (penderitaan) kepada seorang tersebut sehingga penderitaan itu menjadi penghapus dosa dan kesalannya”

Nsib baik atau buruk pada suatu kaum yang merupaknan buah dari kualitas hubungan mereka dengan Tuhan, tidak akan dirubah kecuali mereka sendiri yang melakukan perubahan, sebagaimana telah diterangkan pada (QS.13:11) di depan, pernyataan tersebut dipertegas lagi pada ayat lain (QS.8:53) :
“Hal yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu nikmat yang telah di anugerahkanNya kepada suatu kaum sehingga kaum itu sendiri merubah apa yang telah ada pada diri mereka”

Dari penjelasan Allah melalui ayat terakhir ini, dapatlah difahami bahwa apabila manusia ingin merubah nasib nya dan memperbaiki kualitas hidupnya, maka mereka harus berinisiatif dan berikhtiar semaksimal kemampuan nya, serta tetap berpegang teguh pada petunjuk dan ajaran Tuhannya. Berkaitan dengan hal ini patutlah di perhatikan pernyataan Allah melalui RasulNya dalam sebuah hadist qudsi yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari sanatnya sahabat Abu Hurairah :
“Sesungguhnya tiadalah suatu bangsa atau seorang yang selama ini telah melaksanakan ketaatan kepada Allah kemudian mereka mengalihkan ketaatan itu pada kema’syiatan kepada Allah, kecuali Allah akan mencabut hal hal yang mereka senangi dan diganti dengan hal hal yang mereka benci/takuti”
Selanjutnya dalam hadist qudsi yang lain lewat ibnu Abi Syaibah dari sanatnya sahabat ‘Ali Bin Abi Thalib, Rasulullah menyampaikan :
“Tuhan Berfirman : Demi kemuliaanku, demi keagunganku, dan demi keluhuranku atas arasyKu, tiadalah suatu bangsa atau suatu kaum yang selama ini melakukan kemaksyiatan yang Aku benci, kemudian mereka meninggalkan kema’syiatan itu dan beralih melakukan ketaatan yang aku sukai, kecuali aku alihkan dari mereka azabKu yang mereka takuti dan aku ganti dengan RahmatKu yang mereka senangi.

Berdasarkan dua hadist qudsi terskhir ini, dapatlah difahami bahwa kejayaan dan kesuksesan ataupun kemalangan dan keterpurukan yang di alami suatu bangsa atau perorangan, ternyata tidak lepas dari sikap dan perilaku mereka sendiri dalam membina hubungan dengan Tuhan, Semakin bagus dan mesra hubungan mereka dengan Tuhan, maka semakin sukses dan jayalah hidupnya.
Sebaliknya semakin jelek hubungan mereka dengan Tuhan, maka semakin malang dan terpuruk nasibnya.

Tidak ada komentar: