Selamat Datang

Selamat Datang (Sugeng Rawuh) di Blog Pribadi Saya

Senin, 20 Desember 2010

RUMAH TANGGAMU SURGAMU

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang (Q.S .30 ; 21)
Salah satu harta peninggalan Rasulullah SAW yang patut kita teladani adalah cara beliau membangun rumah tangga. Muhammad SAW adalah seorang manusia yang sangat sukses dalam bidang ini. Ia menjadi seorang suami yang bertanggung jawab terhadap istri-istrinya, baik dalam bidang nafkah lahir maupun nafkah bathin.
Dan terlebih dalam bekal bekal ilmu agama yang membawa keluarganya begitu mempesona, penuh barokah, diterangi oleh cahaya ilahi, pendek kata keluarga Nabi adalah keluarga yang benar-benar islami.
Untuk menuju keluarga islami tidak bisa dianggap sepele, Sebagaimana juga Nabi tidak pernah menyepelekannya. Maka bagi siapapun yang mau menikah, pertama-tama harus meluruskan niat. Niatkanlah menikah sebagai ladang amal. Niatkanlah pernikahan sebagai jembatan untuk mencapai ridho Alloh. Janganlah karena terdorong oleh alasan-alasan lain yang kurang bonafid. Kata-kata seperti " karena sudah waktunya", karena usia sudah terlalu tua", apalagi kalau hanya dorongan nafsu syahwat, semua itu bukan alasan yang tepat.
Niatkanlah menikah semata-mata sebagai jalan untuk menyempurnakan ibadah kita kepada Alloh.Oleh karena itu, sebelum menikah diperlukan persiapan-persiapan yang maksimal. Jangan sampai setelah menikah timbul penyesalan-penyesalan.
Dalam kenyataan di masyarakat tidak sedikit kita menyaksikan orang yang merasa menyesal mengapa menikah. Pernikahan bagi mereka ternyata mengerikan. Rumah tangga jadinya ibarat sebuah neraka dunia. Tak jarang rumah tangga seperti itu berakhir dengan perceraian.
Maka sudah semestinya orang-orang yang bersiap-siap hendak menikah mengetahui betul-betul kuncinya. Adapun kuncinya, sesungguhnya bukan terletak pada pernikahan itu sendiri karena peristiwa pernikahannya belum berlangsung. Kunci sebetulnya terletak pada persiapannya.
Sudah menjadi sunatullah bahwa persiapan yang baik selalu lebih dekat pada hasil yang baik. Mike Tyson menjadi juara dunia, adalah karena persiapannya yang luar biasa. Maka tidak usah heran, hasilnya juga lebih mengesankan.
Lihatlah contoh lain lagi, pasukan pengibar bendera pusaka seringkali kita dengar dan lihat , pasukan pengibar bendera pusaka berlatih dengan sangat berat dan memerlukan waktu yang begitu lama. Padahal praktik pengibaran pada hari –H nya tidak begitu lama. Tapi lihat hasilnya, begitu mantap dan membuat yang melihatnya terpesona. Hal itu tidak akan bisa tercapai jika tanpa berlatih keras.
Maka untuk pernikahan pun demikian. “Dalam persiapan pernikahan yang harus kita pikirkan jangan pada nikahnya karena kita belum tentu bisa menikah. Siapa tahu sebelum menikah , walaupun persiapan sudah maksimal, kita keburu meninggal. Maka, kalau kita hanya sibuk memikirkan nikahnya, kita akan sangat rugi karena siapa tahu ajal menjemput kita sebelum pernikahan berlangsung.
Yang harus menjadi pikiran kita, adalah kita siap kalau ditakdirkan menikah. Seperti seorang jago karate yang dipikirannya bukan berkelahinya, melainkan persiapannya. Berkelahinya itu sendiri belum tentu terjadi. Tentara di Indonesia ratusan ribu jumlahnya, tapi yang ikut perang hanya beberapa saja, sedangkan latihan mereka setiap saat.
Nah begitupun dalam persiapan menikah.Pertanyaannya persiapan macam apa saja yang harus kita lakukan ? Tentu saja macam-macam, ibarat kita mau mendirikan sebuah bangunan ; harus dipersiapkan rancangannya, biayanya , mental pembangunnya, dan lain-lain. Mau membangun mahligai rumah tangga juga demikian, mengapa harus siap ? sebab, istri kita pasti berbeda jenisnya dengan kita. Orang tuanya berbeda. Latar belakangnya berbeda, hobinya berbeda, hobinya berbeda.Bayangkan ! kita bakal serumah dan sekamar dengan orang yang berbeda seperti itu. Ini sungguh luar biasa.Wallahu a’lam

Ada beberapa persiapan harus dilakukan bagi para calon mempelai. Pertama, soft ware-nya, yakni qolbu kita yang harus selalu yakin kepada Alloh. Karena yang bisa menimbulkan orang stress, tidak menerima kenyataan, sekali-kali bukan karena masalahnya. Melainkan karena keyakinan dia yang lemah kepada Alloh.

Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa diri kita ini milik alloh. Calon istri kita milik Alloh. Yang mengetahui segala perasaan yang ada pada diri kita adalah Alloh. Yang memerintahkan kita menikah adalah Alloh. Pernikahan terjadi juga dengan ijin Alloh. Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun adalah karena pertolongan Alloh .

Jadi, kuncinya adalah Alloh. Kalau kita tidak yakin kepada Alloh, kita tidak akan mendapatkan kuncinya. Alloh-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan. Alloh-lah yang menyuruh kita menikah. Dan nikah itu ibadah, sedang Alloh menyuruh kita ibadah. Kita tidak usah merasa ragu-ragu lagi.

Maka kembalikan segalanya kepada Alloh. Kita tidak boleh suudzan . Sedikit pun. Tidak boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik orang tua miskin, pendidikan rendah. Kalau kita merasa demikian, berarti kita telah menghina Alloh, sebab wajah kita bukan milik kita, semuanya milik Alloh.

Kedua,tingkatkan kepribadian kita supaya disukai Alloh. Perbaikilah apapun yang dapat kita lakukan ; akhlak kita, perbuatan kita , tingkah laku kita. Jagalah pandangan, bergaulah dengan lawan jenis dengan cara yang disukai Alloh. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat seperti, mejeng dan ngeceng. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Alloh. Apa pun yang kita perbuat pastilah disaksikan-Nya. Maka,meningkatkan kualitas diri supaya disukai Alloh adalah hal paling penting.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya, kita harus latihan meningkatkan kedewasaan. Karena untuk membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan keemauan, keinginan dan uang. Rumah tangga adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bahwa dialah yang paling cantik di dunia. Tapi setelah menikah, tidak jarang orang merasa betapa dunia banyak yang cantik, kecuali istrinya. Hal ini harus dikendalikan dengan kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat hanya karena masalah seperti ini.

Belum lagi dengan masalah lain yang sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa. Mertua kita, adik ipar kita yang tinggal serumah dengan kita, bahkan anak kita sendiri yang masih bayi, misalnya semua bisa berpotensi untuk bermasalah kalau kita tidak dewasa dan arif menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak matang tidak dewasa, tidak arif, ia lebih banyak menambah masalah daripada menyelesaikan masalah.

Ketiga, persiapan ilmu, terutama ilmu agama, kita akan bisa beribadah dan beramal dengan benar. Dan Alloh pun siap menolong kita, kalau kita beribadah dan beramal dengan benar

Ilmu agama penting dikuasai supaya kit tahu standar yang benar. Kita pelajari rumah tangga Rasulullah SAW. Karena memang hanya rumah tangga beliaulah yang menjadi acuan yang tepat dalammenegakan menegakan keluarga Islami. Kita dapat bercermin dari sejarah rumah tangga beliau. Ketika ia pulang ke rumah malam hari, lalu ketika pintunya diketuk tidak ada juga yang menyahut karena istrinya tertidur. Rasulullah tidak berani membangunkan. Akhirnya ia berbaring di depan pintu. Kita mungkin belum bisa seperti itu. Tetapi paling tidak kita memiliki standar yang jelas

Keempat, belajarlah ilmu umum, seperti ilmu kesehatan, ilmu merawat tubuh, cara memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi istri saat menjalani ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan dan lain sebagainya. Begitu pun istri harus memahami bagaimana prilaku suami, bagaimana emosinya, bagaimana karakternya. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan hal-hal seperti ini sangat diperlukan.

Kelima, persiapkan dan tingkatkanlah keterampilan. Seperti keterampilan menata rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, keterampilan menekan biaya hidup dan lain-lain. Hal ini perlu sdilakukan baik oleh calon suami , maupun oleh calon istri. Sebab setelah menikah bagi keduanya masingmasing berpeluang berpisah. Suami harus berpikir misalnya bahwa ajal siap datang menjemput kapan saja. Maka ketika istrinya meninggal duluan jangan sampai kelabakan karean tidak bisa menggantikan peran istrinya. Begitu pun bagi istri ia harus ditinggal suaminya. Maka ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan keterampilan menambah penghasilan

Begitulah persiapan-persiapan yang harus ditempuh bagi kaum laki-laki dan perempuan yang sudah berniat berumah tangga. Bagi mereka yang telah maksimal mempersiapkannya, insya Alloh masalh apa pun yang dihadapi tidak akan membuat mereka goyah. Mereka akan tetap tegar dan yakin bahwa Alloh akan menolongnya. Ingat firman Alloh berikut ini : “ Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Alloh akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Alloh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur ayat 32). Nah, sudah seperti itulah persiapan anda. Wallahu a’lam. (fzyqn)[]***

Tidak ada komentar: